Monday, 9 February 2015

Peluang Maaf

           "Wahai anak adam! Seandainya Kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir isi bumi lalu kamu manemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan -Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula"

      Pengalaman hidup orang-orang zaman dahulu sengaja ditumpahkan dalam bentuk kata-kata bijak atau pepatah. Disampaikan secara turun temurun agar generasi selanjutnya menggunakannya untuk hidup damai. Seperti sebuah kata "Masih ada harapan sembuh bila pedang melukai tubuh, namun hendak kemana mencari obat bila lisan melukai hati?" . Intinya adalah ajakan kepada kita agar kita dapat menjaga lisan, termasuk kepada orang yang telah mengalami kekhilafan. Bahkan Rasulullah SAW banyak menekankan kepada kita agar dapat menjaga lisan.

      Namun semua petuah dan peringatan seringkali terlupakan saat membicarakan kesalahan orang lain, akibat terlalu bersemangat. Bukan hanya bersemangat, tetapi juga hilang kesadaran terhadap jati diri.jati diri sebagai seprang muslim yang mengedepan perilaku yang memberikan  keselamatan,terus dari hati dan pkiran .Juga hilang kesadaran terhadap dosa yang terus mengalir terus-menerus akibat teraniaya sebagian hamba. Bahkan hilang kesadaran terhadap adanya kewajiban untuk mempertanggung jawabkannya di yaumil akhir.

      Padahal setiap hamba yang bersalah dijanjikan peluang memperoleh ampunan oleh Allah, bila inshaf dan memohon ampun. Mengapa kita sebagai hamba biasa yang juga pernah melakukan kesalahan dalam hidup ini, seakan tidak mau memberi maaf kepada sesamayang mungkin telah berbuat kekhilafan? Bukankah itu pertanda kita ikut membuat orang lain putus asa?.


Sumber : Tafakkur Surat Kabar Serambi Indonesia 
                Tanggal 09 Febuari 2015
                Hari Senin

Oleh     : Jarjani Usman

0 comments:

Post a Comment