terletak di tepi timur Terusan Zuez pada tahun
1910 M.
Ibunya adalah seorang yang sangat lemah lembut dan kasih sayang terhadap
suami,anak-anak maupun handai taulannya,sementara ayahnya,Syaikh Mahmud Ali Ahmad adalah seseorang yang mempunyai garis
keturunan sampai pada Sayyidina Husen
Ibnu Ali bin Abi Thalib.
Beliau adalah seorang kepela keluaraga yang
taat,didikan Al-Azhar termasuk dari
tokoh-tokoh yang sangat popular dan berpengaruh pada waku itu,seperti Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridla.Tidaklah mangherankan jika ia sangat mencintai dan
fanatik terhadap Al-Azhar.Beliau dipandang seorang yang sangat bangga dan
menghormati almamaternya melebihi rasa emosionalnya terhadap nasabnya
sekalipun.Kondisi keluarga Abdul Halim,dapat dikatakan biasa saja.Sekalipun
demikian,orang tuanya selalu berusaha
agar Abdul Halim Mahmud bisa masuk di Al-Azhar,walaupun harus mengeluarkan dana
yang sangat besar.
Dalam catatan para
Ahli sejarah,pada usia 13 tahun,Abdul Halim Mahmud telah mampu menghafal Al-quran dari kuttab (sekolah diniyah) yang ada di kampungnya. Setelah itu,ia
pun dikirim ayahnya ke Kairo untuk memasuki Madrasah Awaliyah Al-Azhar yang
ketika itu tempat belajarnya berada di masjid Ibrahim Agha. Baru setengah tahun
di sana, ayahnya menawarinya untuk
menikah. Dengan berbagai pertimbangan yang ada, akhirnya iapun menikah dengan
seorang gadis sekampungnya, tanpa diramaikan dengan pesta apapun.Sehari semalam
setelah pernikahan, iapun kembali ke Kairo untuk melanjutkan tugas
belajarnya.Setelah tamat belajar di Madrasah Awaliyah, Kairo, barulah
dilaksanakan pesta pernikahan secara meriah.
Pada tahun 1932, ia dapat menamatkan
program Alamiyah-nya di lingkungan al-Azhar.Diantara guru beliau di al-Azhar
adalah Syaikh Mahamud Syaitut, Syaikh Mustafa al-Maraghi,dan lain-lain.Setelah
selesai pendidikan iapun diangkat menjadi dosen di Al-Azhar dan pada tahun yang
sama iapun melanjutkan pendidikannya di Universitas Sarbone, Perancis.
Abdul Halim Mahmud belajar di
Universitas Sarbone pada tahun 1932-1938 dengan biaya sendiri. Ia berniat
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,yakni post-graduate (pascasarjana), terutama
Program Doktoral. Setelah berkonsultasi dengan pembimbingnya, Prof. Macheuen,
akhirnya ia memutuskan untuk menulis Disertasi seputar Tasawuf Islam. Ternyata
penulisan disertasinya tidak berjalan mulus, karena terjadi Perang Dunia ke-2
pada tahun 1939. Pembimbingnnya, ikut pergi ke medan perang menjadi wajib
militer (wamil). Barulah pada tahun 1940, beliau dapat merampungkan disertasinya
dan studinya secara keseluruhan. Beliau meraih gelar Doktor dengan nilai summa cum-Laude.
Sepulangnya dari Perancis, beliau
langsung diangkat menjadi dosen di Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar.
Beliau diberi kepercayaan untuk memegang mata kuliah ilmu psikologi selama
hampir 10 tahun.Pada tahun 1951, beliau dipindahkan ke Fakultas Ushuluddin di
fakultas yang sama. Dan pada tahun 1964, beliau secara resmi diangkat menjadi
Dekan di fakultas Ushuluddin.Selain sibuk mengajar beliau juga tercatat sebagai
staf ahli Lembaga riset Islam.
Pada tahun 1977,
beliau ditunjuk kembali menjadi Imam Akbar al-Azhar berdasarkan kepres tanggal
24 april 1977, akhirnya, beliau meninggal dunia pada hari selasa pagi tanggal
17 oktober 1978. Beliau banyak meninggalkan karya tulis, diantaranya: ~ al-
Islam wa al-aql~ al-Islam wa al-Iman ~ al-Munqidz min al-Dhala wa qadliyah
al-Tasawuf ~ dalail al-Nubuwwah ~al-Jihad wa an-Nashr, dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment